Hayo siapa yang lagi nonton tv sambil
baca artikel ini, saya yakin dari sekian banyak orang yang membaca artikel ini
pasti ada yang sedang nonton tv,tidur-tiduran,dan yang sudah pasti ada yang
lagi Facebook an hehe
Jujur saja, acara televisi di Indonesia
makin lama makin tak berkualitas. Jika dibandingkan dengan film-film zaman dulu
contoh nya film Warkop yang begitu melegenda di tanah air ini, bisa kualitasnya
cukup jauh. Okelah sekarang teknologi broadcasting, film, dan semacamnya sudah
sangat canggih. Namun secara konsep, apa yang ditampilkan insan pertelevisian
sekarang justru downgrade.
Untungnya internet membuat sebagian orang punya hiburan alternatif di kala
acara televisi sudah tak bermutu lagi. Namun demikian, sebagian masyarakat
Indonesia masih jadi penonton setia televisi. Meskipun mereka sebenarnya sudah
tahu jika acaranya ya tidak bagus-bagus banget.
Pertelevisian Indonesia pernah memasuki
masa kejayaannya dulu. Kini saatnya kita melakukan revolusi pertelevisian agar
kualitas tontonan bisa naik dan yang paling penting memberikan banyak hal.
Tidak hanya fun, tapi juga esensi
moralnya. Sebagai langkah awal, mungkin hal-hal yang seperti ini harus
dienyahkan terlebih dahulu.
1. Sinetron Nggak Mutu yang Tak Bisa Jadi Role Model
Meskipun rating-nya tinggi, namun dilihat dari banyak hal, deretan sinetron
kita sangatlah jauh dari kata keren. Jalan cerita, konsep, akting para aktor
aktrisnya, semuanya sangat biasa dan bisa dibilang di bawah standar. Apalagi
soal pesan, hampir tidak ada satu sinetron pun yang secara terang-terangan
memberikan sebuah nilai. Semuanya cinta-cintaan dan konflik yang nggak penting.
Pemirsa Indonesia butuh sinetron yang berkualitas [Image Source] |
Kualitas sinetron yang buruk
berbanding lurus dengan kelakuan penontonnya sebagai imbas gara-gara jadi pemirsa
setia. Sepertinya tak perlu dijelaskan
lagi bagaimana kelakuan para korban sinetron tersebut, karena buktinya mungkin
sudah ada di depan mata sendiri. Sinetron yang buruk harus dihilangkan dari
dunia pertelevisian negri ini, karena dampaknya juga buruk. Sebenarnya para
kreatif itu tahu dampak sinetron yang mereka buat, namun karena rating dan
keuntungan maka nilai-nilai yang justru penting harus diabaikan.
2. Acara Musik yang Dibungkus Tak Karu-Karuan
Temanya saja music show, maka sudah jadi konsekuensi kalau
mayoritas run down acaranya ya musik.
Bukan diisi komedi yang sama sekali nggak lucu atau lomba-lomba yang tak jelas
hubungannya dengan musik. Alasan kenapa musik di Indonesia seperti mati suri
juga dampak dari acara-acara seperti ini.
Acara musik ya isinya orang main musik dong! [Image Source]
|
Tak hanya konsep acaranya, kadang
bagaimana mereka menyajikan musik juga bikin ngelus dada. Ya, Lip Sync masih jadi andalan stasiun televisi
ketika menyajikan musik. Alhasil, para musisi ini justru terkesan tak dihargai.
Mereka hanya dibutuhkan sosoknya saja, bukan pertunjukan saat mereka bermain
dan menghibur. Apa pun alasannya, ini seperti terkesan membodohi penonton jadi
kritislah menonton tv.
3. Acara Pribadi Selebriti Jadi Konsumsi Rakyat
Nikahan live di televisi, ngunduh mantu live di televisi, sebenarnya apa
sih manfaat acara seperti ini bagi penonton? Tidak ada, kecuali membuat pemirsa
hanya bisa iri sambil menelan air liurnya dan kemudian mengkhayal . Yang bikin
bingung, ternyata acara seperti ini ratingnya tinggi yang artinya disukai
penonton.
Biarlah yang seperti ini jadi konsumsi
mereka sendiri. Tak perlu di-live-kan segala [Image Source]
Ayolah, tak perlu stasiun televisi
meliput hal-hal seperti ini. Cukuplah dikemas lewat berita selebriti saja, tak
usah disiarkan dengan durasi panjang yang akhirnya mengorbankan acara-acara
yang lebih bagus. Televisi harus mulai berbenah agar selalu memperhatikan nilai
dari yang mereka siarkan.
4. Acara Komedi Tak Berkelas
Ya, namanya komedi memang harus lucu,
tapi tak perlu juga sampai memaksakan materi bercandaan yang tak patut. Entah
hinaan atau yang mengandung bullying. Komedi
haruslah yang natural, smart, dan tak maksa. Memang susah, dari dulu jadi
komedian memang takkan pernah mudah di indonesia komedi memang memiliki rating
yang cukup tinggi dari pada acara yang bersifat edukasi makanya bayak para
pemilik stasiun televisi lebih memilih acara lawak yang memiliki keuntungan
yang sangat tinggi.
Indonesia butuh komedian cerdas dan
berkelas [Image Source]
Akhir-akhir ini muncul acara komedi
yang sudah mulai familiar dengan pemirsa. Ya, stand up comedy. Tak perlu pakai
properti sampai pukul-pukulan, hanya lewat kata-kata dan cara penyampaian yang
cerdas, mereka juga sukses menghibur penonton. Konten acara televisi harusnya
memang berbobot. Bahkan termasuk acara komedi, harus pula dijejali dengan
pesan-pesan yang membuat pemirsa mikir.
5. Acara Gosip yang Mengajak Pemirsa Berghibah Ramai-Ramai
“Artis x ini kok gitu ya, udah cantik dan kaya kok masih aja cari duit
dengan cara nggak halal,” tanggapan-tanggapan seperti ini yang akan selalu
muncul ketika kita nonton acara gosip. Jika dilihat ini kan sudah menuduh
padahal belum tentu yang terjadi demikian. Kita seperti ikut terpancing untuk
menggunjing artis tertentu. Padahal perbuatan ini sudah jelas aturannya
dilarang di agama mana pun.
Skandal artis ya sudah biarkan jangan
memancing penonton untuk bergosip berjamaah [ImageSource]
Acara gosip juga demikian. Yang
santer diekpos justru mereka yang terkena kasus dan skandal. Sedangkan yang
berprestasi justru porsinya hanya sedikit sekali inilah mirisnya dunia
pertelevisian negri ini. Dulu berita gosip hanyalah tentang lifestyle, sekarang
dikemas makin tak terkonsep. Pokoknya yang kena kasus dan bermasalah harus
dikupas sampai habis.
6. Talent Pengisi Acaranya Selalu Sama
Berapa sih jumlah artis di Indonesia? Pasti banyak, kan? Tapi, kenapa yang
ngisi acara-acara televisi cuma itu-itu saja? Entah apa pun alasannya, tapi hal
ini justru membuat acara televisi terkesan monoton dan tak punya kreativitas.
Bosan kalau yang ngisi acara ya itu-itu saja [Image Source]
Penonton akan bosan ketika disuguhi
artis yang itu-itu saja di televisi. Bekerja di industri kreatif seperti ini
konsekuensinya adalah bisa mengemas acara dengan konsep keren. Jika milih
talent saja ikut-ikutan televisi sebelah, maka acaranya pasti sudah bisa
ditebak bagaimana. Yang jelas takkan jauh beda.
|
Seperti inilah potret pertelevisian kita
sekarang. Sangat memperihatinkan dan butuh untuk segera dirombak. Sayangnya hal
ini takkan mudah. Apalagi kalau si stasiun televisi niatnya sejak awal memang
hanya cari untung dan tak pernah memikirkan tentang nilai-nilai yang harus
disampaikan. Maka tak salah kalau tetap seperti ini, akan makin banyak orang
menjual televisi mereka karena stasiun TV dirasa tak mampu memberikan hiburan
yang layak dan punya value
Saya mau memberi masukkan untuk pemirsa
televisi yang tentunya hal ini cukup mudah anda lakukan pertama apabila acara
TV menurut anda kurang berkwalitas jangan berikan keluarga anda untuk menonton
TV kalau anda tidak bisa melakukan nya anda cukup mengatakan ke pada keluarga
anda dengan cara baik-baik bahwa
acaranya tidak berkwalitas dengan cara anda sendiri tanpa melukai hati mereka.
Dan untuk para orang-orang yang terjun
didunia pertelevisian saya harapkan agar berbenah diri jangan hanya memikirkan
untung semata tanpa memikirkan bagaimana putra-putri negri ini bangkit dari
keterpurukan sinetron-sinetron yang tidak masuk akal yang membuat mereka miskin
kreativitas
Ini zamannya revolusi mental kata pak
presiden, mari kita revolusi terlebih dahulu dunia pertevelisian kalau ingin
negri ini akan maju dan para generasi kita lebih memiliki kreativitas.
0 comments:
Post a Comment