Sunday, 27 December 2015

Pertelevisian Indonesia Mengalami Keterpurukan


Hayo siapa yang lagi nonton tv sambil baca artikel ini, saya yakin dari sekian banyak orang yang membaca artikel ini pasti ada yang sedang nonton tv,tidur-tiduran,dan yang sudah pasti ada yang lagi Facebook an hehe
Jujur saja, acara televisi di Indonesia makin lama makin tak berkualitas. Jika dibandingkan dengan film-film zaman dulu contoh nya film Warkop yang begitu melegenda di tanah air ini, bisa kualitasnya cukup jauh. Okelah sekarang teknologi broadcasting, film, dan semacamnya sudah sangat canggih. Namun secara konsep, apa yang ditampilkan insan pertelevisian sekarang justru downgrade.
Untungnya internet membuat sebagian orang punya hiburan alternatif di kala acara televisi sudah tak bermutu lagi. Namun demikian, sebagian masyarakat Indonesia masih jadi penonton setia televisi. Meskipun mereka sebenarnya sudah tahu jika acaranya ya tidak bagus-bagus banget.
Pertelevisian Indonesia pernah memasuki masa kejayaannya dulu. Kini saatnya kita melakukan revolusi pertelevisian agar kualitas tontonan bisa naik dan yang paling penting memberikan banyak hal. Tidak hanya fun, tapi juga esensi moralnya. Sebagai langkah awal, mungkin hal-hal yang seperti ini harus dienyahkan terlebih dahulu.
1. Sinetron Nggak Mutu yang Tak Bisa Jadi Role Model
Meskipun rating-nya tinggi, namun dilihat dari banyak hal, deretan sinetron kita sangatlah jauh dari kata keren. Jalan cerita, konsep, akting para aktor aktrisnya, semuanya sangat biasa dan bisa dibilang di bawah standar. Apalagi soal pesan, hampir tidak ada satu sinetron pun yang secara terang-terangan memberikan sebuah nilai. Semuanya cinta-cintaan dan konflik yang nggak penting.
Pemirsa Indonesia butuh sinetron yang berkualitas [Image Source]
Pemirsa Indonesia butuh sinetron yang berkualitas [Image Source]
Kualitas sinetron yang buruk berbanding lurus dengan kelakuan penontonnya sebagai imbas gara-gara jadi pemirsa setia. Sepertinya tak perlu  dijelaskan lagi bagaimana kelakuan para korban sinetron tersebut, karena buktinya mungkin sudah ada di depan mata sendiri. Sinetron yang buruk harus dihilangkan dari dunia pertelevisian negri ini, karena dampaknya juga buruk. Sebenarnya para kreatif itu tahu dampak sinetron yang mereka buat, namun karena rating dan keuntungan maka nilai-nilai yang justru penting harus diabaikan.
2. Acara Musik yang Dibungkus Tak Karu-Karuan
Temanya saja music show, maka sudah jadi konsekuensi kalau mayoritas run down acaranya ya musik. Bukan diisi komedi yang sama sekali nggak lucu atau lomba-lomba yang tak jelas hubungannya dengan musik. Alasan kenapa musik di Indonesia seperti mati suri juga dampak dari acara-acara seperti ini.
Acara musik ya isinya orang main musik dong! [Image Source]
Acara musik ya isinya orang main musik dong! [Image Source]
Tak hanya konsep acaranya, kadang bagaimana mereka menyajikan musik juga bikin ngelus dada. Ya, Lip Sync masih jadi andalan stasiun televisi ketika menyajikan musik. Alhasil, para musisi ini justru terkesan tak dihargai. Mereka hanya dibutuhkan sosoknya saja, bukan pertunjukan saat mereka bermain dan menghibur. Apa pun alasannya, ini seperti terkesan membodohi penonton jadi kritislah menonton tv.
3. Acara Pribadi Selebriti Jadi Konsumsi Rakyat
Nikahan live di televisi, ngunduh mantu live di televisi, sebenarnya apa sih manfaat acara seperti ini bagi penonton? Tidak ada, kecuali membuat pemirsa hanya bisa iri sambil menelan air liurnya dan kemudian mengkhayal . Yang bikin bingung, ternyata acara seperti ini ratingnya tinggi yang artinya disukai penonton.
Biarlah yang seperti ini jadi konsumsi mereka sendiri. Tak perlu di-live-kan segala [Image Source]
Biarlah yang seperti ini jadi konsumsi mereka sendiri. Tak perlu di-live-kan segala [Image Source]
Ayolah, tak perlu stasiun televisi meliput hal-hal seperti ini. Cukuplah dikemas lewat berita selebriti saja, tak usah disiarkan dengan durasi panjang yang akhirnya mengorbankan acara-acara yang lebih bagus. Televisi harus mulai berbenah agar selalu memperhatikan nilai dari yang mereka siarkan.
4. Acara Komedi Tak Berkelas
Ya, namanya komedi memang harus lucu, tapi tak perlu juga sampai memaksakan materi bercandaan yang tak patut. Entah hinaan atau yang mengandung bullying. Komedi haruslah yang natural, smart, dan tak maksa. Memang susah, dari dulu jadi komedian memang takkan pernah mudah di indonesia komedi memang memiliki rating yang cukup tinggi dari pada acara yang bersifat edukasi makanya bayak para pemilik stasiun televisi lebih memilih acara lawak yang memiliki keuntungan yang sangat tinggi.
Indonesia butuh komedian cerdas [Image Source]
Indonesia butuh komedian cerdas dan berkelas [Image Source]
Akhir-akhir ini muncul acara komedi yang sudah mulai familiar dengan pemirsa. Ya, stand up comedy. Tak perlu pakai properti sampai pukul-pukulan, hanya lewat kata-kata dan cara penyampaian yang cerdas, mereka juga sukses menghibur penonton. Konten acara televisi harusnya memang berbobot. Bahkan termasuk acara komedi, harus pula dijejali dengan pesan-pesan yang membuat pemirsa mikir.
5. Acara Gosip yang Mengajak Pemirsa Berghibah Ramai-Ramai
“Artis x ini kok gitu ya, udah cantik dan kaya kok masih aja cari duit dengan cara nggak halal,” tanggapan-tanggapan seperti ini yang akan selalu muncul ketika kita nonton acara gosip. Jika dilihat ini kan sudah menuduh padahal belum tentu yang terjadi demikian. Kita seperti ikut terpancing untuk menggunjing artis tertentu. Padahal perbuatan ini sudah jelas aturannya dilarang di agama mana pun.
Skandal artis ya sudah biarkan jangan memancing penonton untuk bergosip berjamaah [Image Source]
Skandal artis ya sudah biarkan jangan memancing penonton untuk bergosip berjamaah [ImageSource]
Acara gosip juga demikian. Yang santer diekpos justru mereka yang terkena kasus dan skandal. Sedangkan yang berprestasi justru porsinya hanya sedikit sekali inilah mirisnya dunia pertelevisian negri ini. Dulu berita gosip hanyalah tentang lifestyle, sekarang dikemas makin tak terkonsep. Pokoknya yang kena kasus dan bermasalah harus dikupas sampai habis.
6. Talent Pengisi Acaranya Selalu Sama
Berapa sih jumlah artis di Indonesia? Pasti banyak, kan? Tapi, kenapa yang ngisi acara-acara televisi cuma itu-itu saja? Entah apa pun alasannya, tapi hal ini justru membuat acara televisi terkesan monoton dan tak punya kreativitas.
Bosan kalau yang ngisi acara ya itu-itu saja [Image Source]
Penonton akan bosan ketika disuguhi artis yang itu-itu saja di televisi. Bekerja di industri kreatif seperti ini konsekuensinya adalah bisa mengemas acara dengan konsep keren. Jika milih talent saja ikut-ikutan televisi sebelah, maka acaranya pasti sudah bisa ditebak bagaimana. Yang jelas takkan jauh beda.
Seperti inilah potret pertelevisian kita sekarang. Sangat memperihatinkan dan butuh untuk segera dirombak. Sayangnya hal ini takkan mudah. Apalagi kalau si stasiun televisi niatnya sejak awal memang hanya cari untung dan tak pernah memikirkan tentang nilai-nilai yang harus disampaikan. Maka tak salah kalau tetap seperti ini, akan makin banyak orang menjual televisi mereka karena stasiun TV dirasa tak mampu memberikan hiburan yang layak dan punya value
Saya mau memberi masukkan untuk pemirsa televisi yang tentunya hal ini cukup mudah anda lakukan pertama apabila acara TV menurut anda kurang berkwalitas jangan berikan keluarga anda untuk menonton TV kalau anda tidak bisa melakukan nya anda cukup mengatakan ke pada keluarga anda  dengan cara baik-baik bahwa acaranya tidak berkwalitas dengan cara anda sendiri tanpa melukai hati mereka.

Dan untuk para orang-orang yang terjun didunia pertelevisian saya harapkan agar berbenah diri jangan hanya memikirkan untung semata tanpa memikirkan bagaimana putra-putri negri ini bangkit dari keterpurukan sinetron-sinetron yang tidak masuk akal yang membuat mereka miskin kreativitas
Ini zamannya revolusi mental kata pak presiden, mari kita revolusi terlebih dahulu dunia pertevelisian kalau ingin negri ini akan maju dan para generasi kita lebih memiliki kreativitas.


Location: South East Asia

0 comments:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com